Petani organik sangat alergi dengan pupuk-pupuk kimia atau pupuk
sintetik lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman, petani organik
umumnya mengandalkan kompos sebagai sumber utama nutrisi tanaman.
Sayangnya kandungan hara kompos rendah. Kompos yang sudah matang
kandungan haranya kurang lebih : 1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K.
Dengan kata lain seratus kilogram kompos setara dengan 1.69 kg Urea,
0.34 kg SP 36, dan 2.18 kg KCl. Misalnya untuk memupuk padi yang
kebutuhan haranya kg Urea/ha, kg SP 36/ha dan kg KCl/ha, maka kompos
yang dibutuhkan kurang lebih sebanyak ton kompos/ha. Jumlah kompos yang
demikian besar memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak dan
berimplikasi pula pada biaya produksi.
Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupaun
penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman,
yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan
aktivitas mikroba tanah. Hara N sebenarnya tersedia melimpah di udara.
Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat
langsung diserap oleh tanaman. Tidak ada satupun tanaman yang dapat
menyerap N dari udara. N harus difiksasi/ditambat oleh mikroba tanah dan
diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada
yang bersimbiosis dengan tanaman dan ada pula yang hidup bebas di
sekitar perakaran tanaman. Mikroba penambat N simbiotik antara lain :
Rhizobium sp. Rhizobium sp hidup di dalam bintil akar tanaman
kacang-kacangan (leguminose). Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya:
Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik hanya
bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat
N non simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman.Mikroba tanah
lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara tanaman adalah
mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah-tanah yang lama diberi
pupuk superfosfat (TSP/SP 36) umumnya kandungan P-nya cukup tinggi
(jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena
terikat pada mineral liat tanah yang sukar larut. Di sinilah peranan
mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral
liat tanah dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang
mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp,
Zerowilia lipolitika, Pseudomonas sp, … ,………… Mikroba yang berkemampuan
tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan
K.
Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah
Mikoriza. Setidaknya ada dua jenis mikoriza yang sering dipakai untuk
biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan endomikoriza. Ektomikoriza
seringkali ditemukan pada tanaman-tanaman keras/berkayu, sedangkan
endomikoriza ditemukan pada banyak tanaman, baik tanaman berkayu atau
bukan. Mikoriza hidup bersimbiosis pada akar tanaman. Mikoriza berperan
dalam melarutkan P dan membantu penyerapan hara P oleh tanaman. Selain
itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih tahan terhadap
kekeringan. Contoh mikoriza yang sering ditemukan adalah Glomus sp dan
Gigaspora sp.Beberapa mikroba tanah juga mampu menghasilkan hormon
tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang
dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan
tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu
menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan Azotobacter
sp.
Mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat untuk melarutkan unsur hara,
membantu penyerapan unsur hara, maupun merangsang pertumbuhan tanaman
diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai
biofertilizer untuk pertanian organik. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh BPBPI mendapatkan bahwa biofertilizer setidaknya dapat mensuplai
lebih dari setengah kebutuhan hara tanaman. Biofertilizer yang
dikembangkan oleh BPBPI antara lain: Emas, Rhiphosant, Kamizae, dan
Simbionriza.
Sumber www.http://faperta.ipb.ac.id (Artikel Pertanian – Biofertilizer)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar